Senin, 16 September 2013

Mikrotik adalah

Mikrotik adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (Software) yang berhubungan dengan sistem jaringan komputer yang berkantor pusat di Latvia, bersebelahan dengan Rusia. Mikrotik didirikan pada tahun 1995 untuk mengembangkan router dan sistem ISP (Internet Service Provider) nirkabel.



Mikrotik dibuat oleh MikroTikls sebuah perusahaan di kota Riga, Latvia. Latvia adalah sebuah negara yang merupakan “pecahan” dari negara Uni Soviet dulunya atau Rusia sekarang ini. Mikrotik awalnya ditujukan untuk perusahaan jasa layanan Internet (PJI) atau Internet Service Provider (ISP) yang melayani pelanggannya menggunakan teknologi nirkabel atau wireless. Saat ini MikroTikls memberikan layanan kepada banyak ISP nirkabel untuk layanan akses Internet dibanyak negara di dunia dan juga sangat populer di Indonesia. MikroTik sekarang menyediakan hardware dan software untuk konektivitas internet di sebagian besar negara di seluruh dunia. Produk hardware unggulan Mikrotik berupa Router, Switch, Antena, dan perangkat pendukung lainnya. Sedangkan produk Software unggulan Mikrotik adalah MikroTik RouterOS.

MikroTik RouterOS



MikroTik RouterOS™ adalah sistem operasi dan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk menjadikan komputer manjadi router network yang handal, mencakup berbagai fitur yang dibuat untuk ip network dan jaringan wireless, cocok digunakan oleh ISP dan provider hotspot. Untuk instalasi Mikrotik tidak dibutuhkan piranti lunak tambahan atau komponen tambahan lain. Mikrotik didesain untuk mudah digunakan dan sangat baik digunakan untuk keperluan administrasi jaringan komputer seperti merancang dan membangun sebuah sistem jaringan komputer skala kecil hingga yang kompleks sekalipun.

Mikrotik RouterBoard


RouterBoard adalah router embedded produk dari mikrotik. Routerboard seperti sebuah pc mini yang terintegrasi karena dalam satu board tertanam prosesor, ram, rom, dan memori flash. Routerboard menggunakan os RouterOS yang berfungsi sebagai router jaringan, bandwidth management, proxy server, dhcp, dns server dan bisa juga berfungsi sebagai hotspot server.
Ada beberapa seri routerboard yang juga bisa berfungsi sebagai wifi. sebagai wifi access point, bridge, wds ataupun sebagai wifi client. seperti seri RB411, RB433, RB600. dan sebagian besar ISP wireless menggunakan routerboard untuk menjalankan fungsi wirelessnya baik sebagai ap ataupun client. Dengan routerboard Anda bisa menjalankan fungsi sebuah router tanpa tergantung pada PC lagi. karena semua fungsi pada router sudah ada dalam routerboard. Jika dibandingkan dengan pc yang diinstal routerOS, routerboard ukurannya lebih kecil, lebih kompak dan hemat listrik karena hanya menggunakan adaptor. untuk digunakan di jaringan wifi bisa dipasang diatas tower dan menggunakan PoE sebagai sumber arusnya.

Mikrotik pada standar perangkat keras berbasiskan Personal Computer (PC) dikenal dengan kestabilan, kualitas kontrol dan fleksibilitas untuk berbagai jenis paket data dan penanganan proses rute atau lebih dikenal dengan istilah routing. Mikrotik yang dibuat sebagai router berbasiskan PC banyak bermanfaat untuk sebuah ISP yang ingin menjalankan beberapa aplikasi mulai dari hal yang paling ringan hingga tingkat lanjut. Contoh aplikasi yang dapat diterapkan dengan adanya Mikrotik selain routing adalah aplikasi kapasitas akses (bandwidth) manajemen, firewall, wireless access point (WiFi), backhaul link, sistem hotspot, Virtual Private Netword (VPN) server dan masih banyak lainnya.

Sistem Level Lisensi Mikrotik 
Mikrotik bukanlah perangkat lunak yang gratis jika anda ingin memanfaatkannya secara penuh, dibutuhkan lisensi dari MikroTikls untuk dapat menggunakanya alias berbayar. Mikrotik dikenal dengan istilah Level pada lisensinya. Tersedia mulai dari Level 0 kemudian 1, 3 hingga 6, untuk Level 1 adalah versi Demo Mikrotik dapat digunakan secara gratis dengan fungsi-fungsi yang sangat terbatas. Tentunya setiap level memilki kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan harganya, Level 6 adalah level tertinggi dengan fungsi yang paling lengkap. Secara singkat dapat digambarkan jelaskan sebagai berikut:
  • Level 0 (gratis); tidak membutuhkan lisensi untuk menggunakannya dan penggunaan fitur hanya dibatasi selama 24 jam setelah instalasi dilakukan.
  • Level 1 (demo); pada level ini kamu dapat menggunakannya sbg fungsi routing standar saja dengan 1 pengaturan serta tidak memiliki limitasi waktu untuk menggunakannya.
  • Level 3; sudah mencakup level 1 ditambah dengan kemampuan untuk menajemen segala perangkat keras yang berbasiskan Kartu Jaringan atau Ethernet dan pengelolan perangkat wireless tipe klien.
  • Level 4; sudah mencakup level 1 dan 3 ditambah dengan kemampuan untuk mengelola perangkat wireless tipe akses poin.
  • Level 5; mencakup level 1, 3 dan 4 ditambah dengan kemampuan mengelola jumlah pengguna hotspot yang lebih banyak.
  • Level 6; mencakup semua level dan tidak memiliki limitasi apapun.

referensi http://mikrotikindo.blogspot.com/2013/02/apa-itu-mikrotik-pengertian-mikrotik.html

Sabtu, 14 September 2013

ALAY


 
SEBENARNYA APA ITU ALAY? Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak Layu, atau Anak keLayapan yang menghubungkannya dengan anak JARPUL (Jarang Pulang). Tapi yang paling santer adalah anak layangan. Dominannya, istilah ini untuk menggambarkan anak yg sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun kelakuan secara umum. Konon asal usulnya, alay diartikan "anak kampung", karena anak kampung yang rata-rata berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan.

Koentjara Ningrat:

"Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin diakui statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat dunia maya (baca: Pengguna internet sejati, kayak blogger dan kaskuser). Diharapkan Sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu masyarakat sekitar"

Selo Soemaridjan:

"Alay adalah perilaku remaja Indonesia, yang membuat dirinya merasa keren, cantik, hebat diantara yang lain. Hal ini bertentangan dengan sifat Rakyat Indonesia yang sopan, santun, dan ramah. Faktor yang menyebabkan bisa melalui media TV (sinetron), dan musisi dengan dandanan seperti itu."

1. Suka banget pake tulisan atau teks yang GedE keCiL-gEdEkeciL

2. Sok bergaya Emo atau Harajuku tapi pas ditanya asalmulanya, gak tau sama sekali

3. Kalo sms atau ngirim komentar memakai bahasa aneh seperti, "aQuWh, maNi3eZz.."

4. Pokoknya gaya rambut si cowok persis kayak Kangen band (buset dah...)

5. Terlihat memakai postman bag berjenis kulit tapi ga jelas merk dan beli di distro yang mana...

6. Kurus kerempeng, suka memegang rambut dan bermuka bokat

7. Beraninya kalo bikin ulah pasti barengan dan gak berani kalo sendirian

8. Sok kaya, sok imut, sok cantik, sok keren, sok gaul, sok techno padahal waktu ditanya kode HTML aja gak bisa

9. Untuk lagu barat, mereka tidak tahu lagu barat yang sedang nge-tren dan mereka(orang alay) hanya tahu lagu barat dari jaman eighty dan ninety doank (parah gak sih?) Yang paling parah memang anak-anak alay suka melebih-lebihkan serta kangen-band adalah pemicu gaya anak alay jaman sekarang...sifat- sifat alay itu sangatlah norak dan ga elit banget.

Alay itu orang kampung yang kampungan dengan dandanan kampungan, ngerti maksud saya? Tidak semua orang kampung itu kampungan, contohnya si doel, walaupun namanya berkesan alay tapi karakternya tidak alay. Nah orang kampung yang kampungan itu biasa disebut alay.Apakah bukan orang kampung bisa disebut alay? Kita ambil contoh Vino G Bastian, menurut gw dia bukan orang kampung, tapi rambutnya berkesan alay dan sering dijadikan role model oleh alay namun karena perilaku dan mukanya yang tidak kampungan maka vino tidak termasuk alay..jadi.. Jawabannya bisa jadi, bukan orang kampung termasuk alay, namun kasus seperti ini teramat sangat jarang terjadi, karena rata-rata alay itu anak kampung.

Lalu apa itu kampungan? Perilaku yang tidak mencerminkan dirinya sebagai manusia yang benar, setidaknya berbuat benar. Contohnya: tawuran antar kampung atau antar sma, nongkrong di halte bareng geng alaynya sambil godain cewek, bergerombol di stasiun, di mall jelek, di pasar sambil ngerokok terus bicara dengan nada yang tidak bisa disebut tinggi tapi lebih tepat cempreng sambil ngata2in temen se gengnya dan tentu saja sebagian masih menggoda cewek yang lewat, kalo di bioskop suka nyari perhatian dengan suara cemprengnya komentar gak jelas ketawa berlebihan dll

Apakah anak emo itu alay? Tidak emo bukan alay. Emo adalah definisi yang berbeda dengan alay, namun alay kerap menggunakan dandanan style ala emo yg secara otomatis menjatuhkan pamor dari emo itu sendiri.

Perbedaan emo dengan alay gaya seperti apa? Well, celana skinny dengan baju agak ketat warna item, make sepatu converse, gaya rambut lurus dan panjang di depan namun cepak di belakang. Namun acapkali alay mencoba menerapkan gaya tersebut, rambut yang seolah dipaksa2in, celana abal, baju abal, sepatu apa lagi, ditambah dengan ikat pinggang metal yang khas sekali, bisa dicari di pasar2 contohnya klender atau poncol.

Oke gayanya minta digampar emang kebanyakan alay adalah supporter sepakbola yang fanatik atau berlebihan, sesuai dengan definisi kampungan dari seorang alay, yaitu tidak sportif kalo kalah, terus rusuh barang2 dirusakin, baru2 ini di bandung telah terjadi perusakan oleh alay saat pertandingan persib vs persija di ISL.

Selera musik? Tidak jauh2 juga dari band2 yang terkadang berbusana layaknya alay seperti radja atau republik (vokalisnya gaya alay parah), dan band2 yang berirama melayu yang easy listening dan tidak perlu menggunakan musikalitas yang tinggi, contoh : kangen band, matta. Kalo ada konser didaerah beberapa alay berpotensi menimbulkan kerusuhan seperti saat band nidji atau ungu sedang manggung,, padahal yang maen ungu, klo seringai gitu masih mending lagu2nya menaikkan adrenaline, lah ini ungu dengan lagu cinta2an dan kemarin baru kolaborasi ama rossa.

---------------------------------------------------------------Karena mungkin efek sinetron atau apa saja yg mempengaruhi mental kita yg menjadi-jadi dan semakin parah, mungkin ada diantara kita semua sifat2 dibawah ini:

1. selalu ngerasa paling tau tentang musik.

2. tongkrongannya di pinggir pinggir jalan (yang cewek godain cowok,yang cowok godain cewe yang lagi lewat)

3. kalo di mall selalu bawa headset buat dengerin lagu lewat handphone(suka pamer ga jelas & sok asik gitu deh). please deh, kan ada lagu2 yg d stel d mall

4. sok EMO tapi ditanya sejarahnya emo ga tau.

5. sok pengen 'gaul' mau ngikutin tren yang sekarang tapi LEBAY parah(cth: nge-mix baju ga kira kira ; baju ijo, celana kotak kotak, sepatu merah,kacamata biru! NORAK !)

6. dimana mana SELALU ada acara yg namanya 'putu putu narziz' (entah itu di sekolah, WC, mobil, kamar, stasiun, angkot,dll).

7. fotonya ga nahan smua! (dengan gaya di imut imutin,dideketin lampu biar 'terang bgt',foto

deket bgt dari wajah *biar jeleknya ga keliatan*,foto dari atas *biar kelihatan keren kali ya*,dll..pokoknya yang bisa bikin ENEG semua orang.kamera VGA aj sok sokan)

8. buat cewek tiap hari kerjaannya ngomongin ttg cowooooooooo mulu! (cth: eh tau ga si A tadi gini loh sama gue hahaha lucu bgt ya? *ga lucu!)

9. buat cowok..tiap hari kerjaannya cari musuh (ribut) mulu sama temen temen cowoknya yg lain *biar dianggep keren gitu*

10. di friendster.. bagi yang cewek di featurefriend nya majang cowok cowok ganteng semua *meski ga kenal,biar dianggep cantik & gaul* kalo yg cowok ya majang featurefriendnya cewek semua*walau ga kenal* biar dikata cowok ganteng. IH JIJAY!

11. T U L I S A N > - iya : ia, iaa, ay, etc > - kamu: kamuh, kammo, kamoh, kamuwh, kamyu, qamu, etc > - aku : akyu,aq,akko,akkoh,aquwh,quh, etc > - maaf: mu'uph,muphs,maav,etc > - sorry: cowyie,cory,tory(?),etc > - add : ett,etths,aad,edd,etc > - for : vo,fur(zz),pols,etc > - lagi : agi,agy, etc > - makan: mums,mu'umhs,etc > - lucu : lutchuw,uchul,luthu,etc > - siapa: cppa,cp,ciuppu,siappva,etc > - apa : uppu,apva,aps,etc > - narsis: narciezt,narciest,etc > - anak mana? : naq mnah?, etc > - gw : w,wee, 9, 6, etc > - dong : dunkz,dungs, etc > - dan masih bnyak lagi!

12. suka ngirim bulbo ga jelas di fs :"akko onlenndh dcnniih" ato "ayokk perang cummendh cmma saiia" etc (paling parah lagi kalo ngirim bulbo dengan judul "BAJINGAN" tapi isinya kosong!) ih kampret bner deh tu orang orang alay.

13. kalo ada org yg cuman view profil kita , kita bilang gini : "hey cuman view nih?" ato "heey jgn cuman view doang,add dong! (kalo emang segitu pentingnya orang nge-ADD buat kita..kenapa kita ga nge-ADD dia waktu kita mau ngasih testi?)-__-

14. friendster dipenuhi glitter-glitter norak yang pastinya bisa ngerusak retina mata zz

15. kata /singkatan selalu diakhiri huruf z/s (cth : nama adalah talitra,dbuat jadi : talz. nama adalah niken,dibuat jadi qens..dsb!)

16. foto di friendster bisa nyampe 300 lebih padahal cuman foto DIRINYA SENDIRI

17. diam diam mengidolakan : kangen band,radja,ato bahkan GARNET BAND

18. kalo udah nemu lawan jenis biasanya jadi lebay, ngerokok2, ngelawak jayus, bahkan terkadang dilanjutkan dengan poin nomer 2

19. tulisannya GedE-kEcIL norak

20. kemana-mana make boxer(biasanya gmbr ganja,biar di blg gaul),atasan sweater,ga lupa make topi gambar ganja jg biar d bilang petani ganja kali

21. naek motor pada blaga kebut2an ambil goyangin pantat biar dikira kayak pembalap. motorny gk pake spion,knalpot racing yg bkn kuping lo budek parah,gk lupa jg stiker '46' (biar diblg valentino rossi ya). biasanya dilakukan dengan efek menggoyang2kan bokong

22. klo jalan kaki psti rame-rame, trus tangannya ga bisa diem, suka metikin daon d pohon ato metik buah orang.

23. tiap malem minggu suka sok mabok di pinggir jalan, pdhl cma minum anggur kolesom.

24. rambutnya pirang matahari.dan kayaknya bau deh

25. kalo cowok biasanya pake baju ketat, terkadang tanpa lengan yang tujuannya entah pamer otot atau bulu ketek. celana tanggung kotak2 dan sepatu yg diinjek belakangnya tanpa kaos kaki.

26. kalo cewek biasanya pake baju yg sok2 kebuka warna ngejreng yang menarik perhatian(mau muntah), kadang pake sepatu plastik transparan.

27. jika anda perhatikan aksesoris mereka, memakai kalung rantai yg biasa d pake anjing, gelang yg astaga bnyknya kayak dukun gypsi, dan kadang ada juga yang pake rantai dompet penghubung kemaluan dengan bokong mereka yang tujuannya entah untuk apa.
 Tambahan dari refernsi sebelah
Ciri Ciri Orang Alay .
A. TULISAN
1. Suka gede-kecil . Ex: eH KmW lAgIy apHa?? BlS KmEnt AQuwG DumS. [sampai ga bisa di bedain mana 'i' ,mana 'L']

2. Bahasanya sok imut dan lebay. Ex: aduch aquw lupa niyh… Kmuw lgiy phaa??,,,,,.. Ett fs akyu dunt.. Hihihi,imyud kant aque,,,,,…. [najis ! tanda koma dan titik nya itu yaoloh apa banget]
3. Nick akun internet sok paling oke. Ex: princez yatti.. Queen munawaroh.. Tati qiyutz abiyz.. Marniiy imud.. Omazt teopebeggetthe. [zz..]
4. EYD nya lebay
tulisan. . . . .jadi . . . . :
1. Aku : Akyu, aquwh, akug, kuu, etc
2. Kamu : kmuw, qm, kamyu, etc , etc
3. Lagi : agg, lagy, agiy, etc
4. Apa : aph, appa, aphaa, apva, etc
5. Nanti : ntiy, ntii, nhantiy
6. Knapa : nphaa,naph,qnpa, etc
7. Maksud : mkcutt,maksudt,magsyut,etc
8. Masa : mshaa,msaa,mzaa,mca,mz,etc
9. Sih : cie,cy,cih,cyieh, etc
10. Siapa : saph,cpha,cpa,syph,shappa,chapa
11. Love : luv,luph,laff,laft,lup,loph,lep [?]
dsb.

5. Di Facebook :
-Namanya digonta ganti
-Kalo Requestnya di Konfirm trus si Alay nulis kayak gini : (thanks udah dikonfirm, ini capa dimana? , who’s there???, mind intro???) plis deh kan udah ada namanya, ngapain coba ditanya lagi
-Pake nama-nama gak penting (ex: Akku Sayanxx Kamu, Pam Pam Anak Baek, Karin si Manyun, Donna Massiver juga, etc )
-Status diupdate tiap menit (kalo lw ke Home tuh alay ada mulu)
-Kalo statusnya di”Like” si Alay komen (makaciiya udah dikasih jempol)
-Sering Kirim Komen di Wall (bagi alay banyak komen berarti gaul)
-Ngeadd-in orang biar FBnya Full trus bikin yang kedua (ihh.. gak pentng banget)
-Sok Ngartis (di statusnya : aduh besok syuting lagi, aduh syutingnya lama bgt yakk, duhh bsok pemotretan etc..)

6.Di Friendster
-suka ngirim bulbo ga jelas di fs :”akko onlenndh dcnniih” ato “ayokk perang cummendh cmma saiia” etc (paling parah lagi kalo ngirim bulbo dengan judul “********” tapi isinya kosong!) ih kampret bner deh tu orang orang alay.
-menganggap dirinya eksis di friendster (kalo comments banyak itu berarti anak gaul jadi lomba banyak-banyakan comment) *please deh ga bgt! emang kenapa coba kalo commentnya banyak?dapet rekor muri bu? ga penting bgt deh..
-kalo ada org yg cuman view profil kita , kita bilang gini : “hey cuman view nih?” ato “heey jgn cuman view doang,add dong! (kalo emang segitu pentingnya orang nge-ADD buat kita..kenapa kita ga nge-ADD dia waktu kita mau ngasih testi?)
-friendster dipenuhi glitter-glitter norak yang pastinya bisa ngerusak retina mata zz

B. Gaya Foto Diri >>
1. Gayanya nunjuk bibir yg lg monyong. [eurgh =.=]

2. Foto 1 album begitu2 aja. Gaya sama. Baju sama. Background sama. Selang waktu pemotretan yg ga bgitu jauh. Dan kalau di hp, ngeliatnya jd kayak animasi. [ough . ]
3. Foto sok imut,dari atas, matanya jadi jereng gajelas gtu.
dsb.
C. Korban Sinetron >>
suka niru kebiasaan tokoh sinetron.

1. Korban Kepompong
suka ngomong ‘ii . .wauw.. ‘

2. Korban Cinta Laura
logat ngomongnya jadi ke barat baratan.

3. Suka ngomong “plizzz degh!”
dsb.
D. Gaya Pakaian/penampilan >>
1. Ke sekolah pake rok ngatung. Padahal pant*tnya gede.

2. Kaos kaki warnanya shocking . Haha.
3. Pake headband . Padahal ga pantes .
4. Kalau ketawa lebay. padahal ga lucu-lucu amat.
5. Nyerobot giliran orang . Ex: A lg baca buku. . Eh si Alay langsung ngerampas tuh buku. Tapi udah di tangan,bukunya ga diapa apain . [disgusting]
6. Nyoret2 tembok sekolah, dgn tulisan Gede . BOLD kuadrat. Contoh tulisan :
-tanggal jadian. 290245~300309 never die . [ampun. Mau ngapain sih. Geje. Ada yg peduli gitu?]
-nama sendiri. Tp narsis.
Wati qiudz . Luph luph
-nama julukan pasangan ex :
WAwan RIAti forever.

-curhatan hati . Haha.
Ex:
Qny kMW Ting9alkant aqUW … Bla bla bla

dsAR cWo bNgs@Dt. GuWe bnCy LwU San9atD. [emg cwo lo ga bnci ama lo?]
dsb.
7. Gaya rambut maksain .
-udah rambutnya tipiiis. . .nyaris botak sekali jambak. . Sok di keriting . Jadi kya anak kampung . Xp
- rambutnya tebel. . .kya yg buat ngebersihin sarang labalaba. . tapi nekat di poni. NEKAT . ! ! Udah ga bebentuk . Zz.
-laki2 : di poni ala ganjen band . Pake wax sampe lepek . Kaya abang2 yg suka mangkal di pos kosong.
8. Suka pake rol rambut pas pelajaran . Kaya ibu kos . Bawa strikaan skalian !
9. Suka mangkal di kamar mandi . Ngaca . Nyisir . Bedak-an . Dan hal ga penting lainnya .
10.Kalo ke Mall cuma mejeng doang, padahal mah gak beli apa-apaan
(thanks wat anak-anak anti anak alay)

MIE GORENG SEDERHANA

RESEP MIE GORENG SEDERHANA

Mie goreng tak ayal lagi merupakan makanan favorit bagi banyak orang, penggemarnya pun dari anak-anak hingga orang dewasa dan dari berbagai negara. Walau begitu banyak aneka jenis mie dan beragam pula cara pengolahannya, mie goreng sederhana tetap menjadi alternatif selain mie instan sebagai menu hidangan enak, mudah dan praktis sehari-hari dengan dalil faktor kesehatan.

Bahan dan Bumbu :
  • 1 bungkus mie telor, rebus, tiriskan
  • 2 buah sosis, iris bulat
  • 1/2 sendok teh garam
  • 1/4 sendok teh lada bubuk
  • 1 sendok makan kecap manis
  • 1 sendok makan kecap asin
  • 2 sendok makan minyak goreng
  • 1 butir telur
Bumbu iris :
  • 1 batang daun bawang
  • 3 butir bawang merah
  • 2 siung bawang putih
  • 1 buah tomat
CARA MEMBUAT MIE GORENG SEDERHANA :
  1. Panaskan minyak, tumis bumbu iris sampai wangi. Masukkan irisan sosis, aduk rata beri sedikit air sekitar 3 sendok makan. Tambahkan garam, lada bahkan penyedap sesuai selera rasa lalu aduk rata kembali.
  2. Masukkan mi yang telah direbus sebelumnya, beri kecap lalu aduk hingga rata. Angkat dan sajikan jika sudah cukup matang.

sikuel Makhluk Tuhan paling nggatheli part 4

Boy, Sony, karo Kosim ngowo thok ndeloki omahe Angga sing guedhe iki. Awan iki are-arek ancen niat dolin nang omahe Angga. Omahe rong kapling nang daerah Galaxy, Surabaya Timur. ck ck ck… mobile sampek gak cukup nang garasi. Onok ji, ro, lu, pat, mo, nem, pitu, wolu, songo… “Masak-alah iki omah ta showroom mobil,” pikire Boy.
“Jancuk, omahmu gedhene, Ngga. Koyok omahe Michael Jackson,”jare Sony.
“Sekolah nang ndesoku ae kalah gedhe,” jare Kosim ambek mbayangno sekolahe sing remek kabeh nang Meduro, ngenteni dana tekok SBY.
“Omahe ebesku, duduk omahku,” jare Angga.
“Podho ae,” jare arek-arek.
“Mobil sakmono akehe iku digawe kabeh, Ngga?”
“Iyo, onok sing digawe Papa, Mama, adikku, pembantu.”
“Cuk, babumu lo uripe luwih mulyo timbangane Kosim.”
“Aduh, Nyah…mbok dipasang eskalator mawon timbangane kulo munggah mudhun terus, pegel,” jare babune.
“Leres, Nyah, kados teng Carrefour niku lo…enak… Kamar kulo AC-ne nggih mati Nyah, ongkep nek dalu,” jare babu liyane.
“Asu…kamare babu ae dikeki AC… kos-kosane Kosim po-o, kipas angine sempal kabeh. Isok muter tapi limolas menit thok, trus matek sampek isuk…” jare Boy.
“Ma, iki konco-koncoku kuliah…kenalno rek…iki Mamaku,” jare Angga.
“Oh, iya…saya Mamanya Angga, ini sapa? Boy? Ini Sony… lha ini yang kecil?”
“Kosim, Tante,” jare Kosim.
“Kosim? Koyok nama tukang kebon kita dulu yo Ngga…ayo, Ngga, koncomu dijak mangan disek..ketoke kok kaliren si Boy iki,” jare Mamane Angga dengan ramah.
“Cuk, asu, eruh ae Mamane Angga iki,” batine Boy.
“Wadadah...nambahi penggawean ae,” jare babune sing semlohe ambek nyepakno mangan.
“Ngrusuhi wong fesbukan ae,” jare babu liyane karo ngetokno blackberry-ne. Cuk… atase babu ae nggawe BB, hape-ne Kosim ae model lawas sing layare monochrome cumak abang thok, trus suarane yo monophonic, keypad-e opo maneh…gak onok sing ketok hurufe, wis nglenthek cet-e.
“Ayo, makan dulu, gak usah malu-malu. Tante tinggal ya.” Pamit Mamane Angga.
Arek-arek kaget ndelok panganan nang mejo. Sony karo Kosim sing model kos-kosan langsung nyarap koyok kere gak menangi mulud. “Cuk, panganan sakmene akehe, koen kok yo gak lemu-lemu se Ngga? Enak-enak pisan…koyok nang acara mantenan ae,”jare Sony ambek njupuk lidah asap.
“Ngga. Nek gak entek, takgowo mulih yo, gawe nang kos-kosan,” jare Kosim ambek njupuk lobster.
“Cuk, ojok ngisin-isini koen, Sim.” Boy ipok-ipok jaim, padahal de’e yo kaget ndelok panganan sing koyok nang hotel iku.
“Aduh-aduh…arek-arek iki cik akehe wong mbambung nang wetenge,” jare babu sing untune mrongos ambek ngetokno pai apel gawe dessert.
“Nggacor ae, juragane lo gak protes. Awakmu atase babu ae kakean cocot,” jare Boy.
Mari mangan arek-arek munggah nang kamare Angga.
Nang kamare Angga, opomaneh... AC, home theater, Tv kabel, wis ta…koyok hotel bintang lima temen. Onok Gym-e pisan… kelas temenan…
“Wah, sangar, Pak, onok kamar mandi dalame pisan… nek nggowo cewek isok langsung jret-jret,” jare Sony sing uteke mesum.
“Asu, iki pikirane lak konokan tok ae,” jare Boy ambek langsung ndeloki koleksi dvd-ne Angga.
“Bokepe onok gak Boy?” takok Sony.
“Sik talah…aku yo nggoleki iki lo…”jare Boy.
Kosim wis kungkum nang bathtub …wenak pak…timbang nang kosan, adus ae antri, ngising ae gentian.
“Sim, nek ate kungkum nang kolam renang ae,” jare Angga.
“Onok ta?” takok Kosim.
“Onok , nang mburi. Ayo nek kepingin…”
“Aku melok!” jare Boy.
“Son, koen nek nyetel BF suarane offno yo, ngkok krungu pembantuku nek kebanteren,” jare Angga.
“Oke bos…Miyabi…I’m coming…”jare Sony. Bedhes iku seneng atine koyok ketiban duren.
Mari kuliah, Boy, Angga, Sony, karo Kosim cangkruk nang parkiran. Males ate cangkruk nang kantin. Mblenek ndelok raine Mbak Pat.
“He…rene lo…lapo cangkruk nang kono…nang caféku kene lo!” Bengok Mbak Pat.
“Moh…bosen, ndelok sampean thok…gak onok hiburane blas,” jare Boy.
“Oalah, pingin hiburan to…jadi aku mokkongkon striptis,gitu? ah…jadi malu…” jare Mbak Pat ambek nutupi raine.
“Cuk…jancuk….rai koyok cithakan apem ngono kok yo sik kemayu…” Boy gregeten.
“Tapi body gue seksi kan…kayak maia ratu…” Mbak Pat pamer bangkekane ambek motone kethip-kethip.
“Iya…kayak mayat asu…” jare Sony.
Arek-arek gak ngurus Mbak Pat sing ngosek-ngosek nang cagake warunge koyok penari striptis.
“Enak yo Ngga, awakmu…opo-opo wis cemepak, sembarang wis tersedia. Mobil garek milih, mangan garek nyidhuk, duwik garek nggunting,” jare arek-arek.
“Yo… yo-opo maneh, onoke yo iku… mosok ate gak digawe” jare Angga.
Rumongso gak direken arek-arek, Mbak Pat semakin berani. awake digrujuk karo banyu sak ember cek timbul efek kaos basah. Arek-arek tambah gilo, gak terangsang blas.
“Ebesmu kerjone opo se, Ngga?” takok Sony.
“Yo pengusaha biasa. Eh,sik yo hapeku muni.” Angga nompo telpon nang hapene.
Mbak Pat sing gak direken arek-arek tambah kesetanan. Kaose dibukak garek kutangan thok ambek mendesah-desah koyok wong kepedesen.
“Eh, rek, aku disikan yo…ate nang rumah sakit, ebesku mlebu UGD. Iki adikku sik tas telepon,” pamit Angga.
“Yo wis, ayo ngalih pisan, timbang nang kene ndelok wong gendeng kutangan thok.”
Mbak Pat muangkel ndelok aksine gak dianggep arek-arek. Malah arek-arek SDN Airlangga sing mulih sekolah ngelokno.
“Wong gendeng…wong gendeng…wong gendeng…”
Mbak Pat langsung muntap dilokno arek cilik-cilik. “He, kirik kabeh. Gak tau diajar wong tuone yo!!!” jarene ambek nyawati arek-arek mau karo piring plastik “Ojok mlayu koen, kene...taknyunyuk rokokku iki!”
“Wong gendeng ngamuk…wong gendeng ngamuk…” jare arek cilik-cilik karo mlayu sipat kuping.
Wis telung dino sejak kedadian wingi iku Angga gak tau ketok nang kampus. Hapene yo gak isok dihubungi. Arek-arek yo gak onok sing eruh.
“Koen gak eruh ta Boy? Takok Sony.
“Embuh, Son…de’e gak pamit…koen gak dipamiti Nya? Takok Boy nang Anya.
“Gak iku Boy, hapene yo mati terus, jare Anya.
“Iyo Mbak Anya, hapene mati terus biasane lo Mas Angga sms aku, takok sudah makan belum? Kalo tidur jangan malam-malam,” jare Mbak Pat
“Taek, iyo,ta?” takok Boy gak percoyo.
“Jancuk, lapo aku mbujuki…iki lho sms-e nek koen gak percoyo,” jare Mbak Pat ambek nduduhno hapene.
“Iyo-e…aku gak nyongko nek Angga onok hubungan khusus karo sundel bolong iki…,”jare Boy. “Tapi, sik…iki duduk nomere Angga…iki nomere Kosim…iyo…Sim iki lak nomermu se?”
Kosim manthuk ambek ngempet ngguyu…
“Oo…dadi selama iki duduk Mas Angga sing sering sms aku… oo…tibake asu iki…jare Mbak Pat ambek mlayu karo nyincing roke nguber Kosim sing wis mlayu ndisiki. “He asu, mandeg koen…tak tampeki kene raimu… nggarai wong tuek ae penggaweane… telok lemak sempel iku…” Mbak Pat bengok-bengok.
Boy mlayokno tigere mulih, tapi moro-moro de’e kepikiran Angga. Pasti nang lapangan basket biasane Angga latihan. Pas tekok nggone Boy ndelok Angga latihan basket dewekan.
“Ngga!!!” bengok Boy.
Angga noleh tapi meneng ae gak ngereken Boy.
Boy marani Angga nang tengah lapangan.
“Ngga…koen nang ndi ae se, gak tau ketok…gak isok ditelepon…” jare Boy.
“Duduk urusanmu Boy,” jare Angga ambek terus latihan.
“Koen lagi onok Masalah ta?”
“Duduk urusanmu, cuk!” Angga emosi ambek nguncalno bal basket.
Boy kaget dipisuhi Angga, tapi de’e meneng ae…”Yo wis, nek koen pingin ngomong, aku nang sebelah kono ngisore Papan skor,” jare Boy ambek mlaku nang pojokan.
Gak tapek suwi Angga marani Boy lungguh nang jejere.
“Sori, Boy… aku lagi sumpek,” jare Angga ambek ndingkluk.
“Gak popo, Ngga… nek koen lagi gak pingin ngobrol yo gak popo. Arek-arek cumak kuwatir kok…” jare Boy ambek nyumet rokok.
“Boy…koen eling pas aku ditelpon adikku dikongkon nang rumah sakit… Pas iku Papaku hb-ne rendah…terus harus transfusi darah gawe menaikkan hb-ne de’e. Pas iku aku ate donor, tapi… tibake golongan darahku seje karo Papa. Padahal aku ambek Mama ambek adikku golongan darahe seje pisan. Papaku A, adikku B, Mamaku B, lha aku O…sampek omah, Mama takdhedhes taktakoki opo’o golongan darahku seje dewe? Pertamane Mama gak gelem ngaku. Tapi takdhedhes terus akhire Mama ngomong nek aku iki duduk anak kandunge Mama Papa.”
“Heh?!!” Boy kaget. Rokoke langsung dipateni.”Mosok?”
“Iyo Boy, bapak ibuk kandungku wis mati kit aku umur setahun nang Kalimantan. Aku dipek anak karo Papa Mama sampek saiki...”
Boy meneng ae gak eruh ate ngomong opo.
“Adikmu?”
“Adikku anak kandunge Papa Mama, Boy… mangkane aku sumpek nang omah, Boy… aku kepingin eruh kuburane wong tuo kandungku, paling gak eruh fotone lah… tapi Mama ngomong gak eruh nang ndi kuburane opo maneh nduwe fotone,” jare Angga ambek motone mbrabak..
“Pirang dino koen gak mulih omah?” takok Boy.
“Rong dino iki…”
“Koen turu nang ndi, Ngga… nang omahku ae yo..”
“Gak wis Boy… suwun yo… omongno arek-arek aku njaluk sepuro…” jare Angga ambek ninggalno Boy. Boy sik thenger-thenger shock…
Sampek omah Boy langsung nggoleki Umik.
“Umik… Umik…” bengoke gak ndelok Yu Mi sing lagi kelesetan nang jubin langsung keidek-idek Boy.
“Aduh…Mas Boy niki yok nopo se…gak ndelok wong kelesetan ta?” protes Yu Mi ambek nyekeli boyoke.
“Mangkane ta… kelesetan kok nang tengah dalan. Takpikir keset mau. Umik… Umik….” Boy bengok-bengok.
“Walah… onok opo se? bengak bengok koyok nang terminal ae..!” jare Umik metu tekok jedhing.
“Mik… aku saiki takok nang Umik, jawaben sing jujur sejujur-jujurnya yo…”
“Takok opo koen?Arek iki kesambet opo se Yu Mi… kok moro-moro ngomong gak jelas ngene?” jare Umik.
“Aku iki anake sopo?”
“Anake sopo yo-opo? Gendeng arek iki wisan…” jare Umik.
“Wis ta jawaben… aku iki anake Umik ta duduk?”
“Duduk… koen lo mlethek tekok watu… sempel arek iki. Sing nggembol koen sangan wulan lo, aku...yo-opo arek iki,” Umik tambah bingung.
“Temen ta Yu Mi… temenan aku iki anake Umik karo Abah?” Boy takok nang Yu Mi.
“Sampean dibujuki Umik…asline sampean sing nemu aku nang tempat sampah ngarep diwadahi kresek abang dieker-ker kucing,” jare Yu Mi.
“Yu Mi… takjejek temen lo cangkemmu!” sentak Umik.
“Buk…eling…sampean wis hajjah… nek ngomong ditoto… disampluk moloekat mengke…” jare Yu Mi.
“Lha koen nggarai aku stress ae,” jare Umik.
“Wis talah… aku iki anake sopo??” Boy ngotot.
“Yo anakku…arek iki droko gak ngakoni wong tuane. Ate dadi maling kondang (maksude Malin Kundang) ta koen.? Yu Mi… album foto cilikane Boy gowoen mrene! Cek ndelok dewe arek iki cilikane biyen…” jare Umik.
“Walah buk… sampun mboten wonten…” Yu Mi njawab enteng.
“Gak onok yo-opo se.. mok deleh endi kabeh?”
“Kulo buwak sedoyo buk… fotone elek-elek… gambare lo hitam putih sedoyo, jare Yu Mi karo njabuti rambut keleke. Kemproh ancene Yu Mi iku.
“Koen iki gendeng kok ancene Yu Mi… foto jaman biyen yo hitam putih kabeh, goblok. Gak onok sing berwarna. Endi saiki albume!” Umik emosi ndelok kelakuane Yu Mi.
“Tenang ae buk.. albume mpun kulo ganti sedoyo fotone kalian foto artis-artis. Sae-sae buk sedoyo berwarna…”
“Koen iku sekarat ancene Yu Mi… lapo album keluarga isine mokganti fotone Sahrukh Khan, Aksay Kumar, Sri Devi…”
“Kulo lo mboten seneng artis Indonesia buk… sering kawin cerai,” Yu Mi membela diri.
“Umik golongan darahe opo?” takok Boy.
“Aku lo golongan darah O, podho karo koen. Abahmu golongan darahe A.” jelas Umik.
“Kulo golongan darah rendah,” jare Yu Mi.
“Gak ngurus raimu,” sentak Boy.
“Mbuh…pokoke aku ate tes DNA !” Boy mekso.
“Tes DNA? Tes Opo iku koyok tes SIM ngono iku ta? Gawe opo?” takok Umik.
“Buk…buk…ndeso. Kados sing teng sinetron niku lo… Luna Maya dites DNA, damel mestekno anake niku bapake Ariel nopo mboten?” jelas Yu Mi.
“Lho… Luna Maya wis rabi karo Ariel ta?” takok Umik.
“Walah…niki sinetron… mboten temenan…Anake niku dites DNA, bapake Ariel nopo Raffi?”
“Lho Raffi iku karo Yuni Shara… gak karo Luna Maya yo, goblok ancene koen iku, Yu Mi,” jare Umik.
Boy ndhase tambah mumet. Moro-moro Abah metu tekok kamar. “Opo ae se rek, kok rame ae kit mau?” jarene.
“Bah, aku iki anake Abah ta duduk?” takok Boy.
“Nasi uduk? Moh…aku gak seneng.” Jare Abah.
“Oalah yo… ancene budheg…” jare Boy.
“Gudheg? Gelem aku Boyo. Endi kene?”
Boy langsung mlayu nang kamare karo nutupi kupinge.
Boy, Sony karo Kosim isuk iki nang rumah sakit Karang Menjangan. Nemoni dokter gawe tes DNA.
“Jadi Mas mau tes DNA?” takok doktere.
“Iya, dok… saya mau cocokkan DNA saya dengan ibu saya,” jare Boy.
“Kenapa kok gak yakin kalau mereka ayah ibu kandungmu?” takok doktere.
“Ya… soalnya saya kan ngganteng, lha Umik sama Abah itu wajahnya biasa-biasa, gak mirip blas,” jare Boy mekitik koyok asu. Doktere cumak ngempet ngguyu ndelok asu iku.
“Oke…tapi biayanya mahal, lo…”
“Ehm…berapa dok?”
“Ya…puluhan juta,” jare doktere.
“Heh??? Duwik kabeh opo dicampur godhong? Yang bener dok?”
“Iya, memang mahal, karena peralatannya pun mahal.”
“Duwik gambar gareng…orang operasi bibir sumbing adiknya Kosim aja gratis…Masak gak ada diskon se Dok?” jare Boy.
“Ya…teknologi memang mahal…”
Boy langsung nyeluk Kosim, nyilih kartu gaskin sing mesti digowo Kosim nang endi-endi.
“Kalo pake kartu gaskin ini gak bisa dok. Ini kan untuk keluarga miskin? Masak gak ada keringanan?” rayu Boy.
Doktere cumak godheg-godheg.
“Wis Boy, prikso nang puskesmas nggonku ae, nang Burneh. Murah, isok mbayar nggawe telo opo pohong,” jare Kosim.
“Mattamu Sim, iyo nek prikso watuk opo pilek. Iki lo tes DNA!”
“Lha iya Boy… aku yo pernah periksa ndek kono… lengkap kok, onok alat SPG gawe ndelok bayi nang weteng,” jare Kosim.
“USG… goblok….wis – wis, mulih ae… larang perikso nang kene,” Boy ngejak arek-arek nyingkrih.
“Iyo,” jare Sony, “Nang wong pinter ae, Boy. Onok dukun nang Lumajang isok ndelok, Boy.”
“Jancik…iki maneh…laopo mblakrak sampek Lumajang barang…”
“Iyo, Boy… wong bibikku ilang lo isok ketemu maneh karo pamanku gara-gara dukun iku. Mosok nggoleki wong tuo aslimu thok ae gak isok,” jare Sony.
“Bibikmu lo ancen minggat, gak tau diopeni pamanmu.”
“Wis, talah … gak athek tes DNA, TNT, BCA… wis pokoke garek nggowo kembang telon karo endok pitik kampung thok. Wis ketemu,” jelas Sony.
“Moh, raimu gendeng cuk… sirik iku,” tolak Boy.
“Iyo, sirik tanda tak mampu,” jare Kosim.
Moro-moro Mbak Pat mlebu ruang periksa.
“Dok, disini bisa operasi silikon ya?” takok Mbak Pat.
“Cuk…asu iki melok pisan,” gremeng Boy.
“Gimana dok? Saya ingin seperti Krisdayanti lo, dok… katanya dia opersai plastik juga kan.?” jare Mbak Pat ambek mbukak klambine, trus dicantolno mburi lawang. Arek-arek langsung mlayu semburat kabeh ndelok Mbak Pat kotangan thok kampul-kampul koyok wewe gombel iku. Doktere pisan mlayu ndelik nang toilet ambek mutah-mutah. Untung security bagian Poli Penyakit Jiwa langsung teko. Mbak Pat langsung diseret metu digowo nang barak.
“Sik, ta cuk…asu…ojok main seret ae. Klambiku lo keri…,” jare Mbak Pat cumak kutangan thok ambek jerit jerit. Arek-arek SDN Airlangga sing mulih sekolah bengok-bengok maneh.
“Wong gendeng…wong gendeng…wong gendeng…,” jare arek-arek cilik iku.
“Asu… ancene arek SD saiki mokong-mokong…”
Dino iku, Angga ambek Boy, Sony, karo Kosim pisan cangkruk nang lapangan basket.
“Dadi koen sik durung mulih nang omahmu blas Ngga?” takok Boy.
Angga godhe-godheg
“Mon tedhung na kemma, Ngga?” takok Kosim.
“Ojok nggawe boso planet ta cuk,” Boy protes.
“Tidurnya itu lo dimana? Boy iki emosian,” jare Kosim.
“Lha koen nggawe boso Inggris Temor ngono,” jare Boy.
“Aku tidur di hotel,” jare Angga.
“Wenak, cuk… onok hostes-e gak, Ngga? Purel, purel, nek gak ngerti hostess,” takok Sony.
“Cuk…sempak sitok iki gak ngerti nek koncone kesusahan… balon thok ae sing onok nang utek-e,” sentak Boy.
“Yo untunge kartu kreditku akeh, dadi aku gak repot.”
“Turu nang omahku yo gak popo kok Ngga, timbangane duwikmu entek,” jare Boy.
“Suwun Boy, gak usah… cumak masalahe engkok nek duwikku wis entek yo-opo iki,” jare Angga.
“Yo gampang… njaluk ae nang Papamu… de’e kan sugih. Duwike lo gak entek gawe tujuh turunan tujuh tanjakan,” jare Boy.
“Moh, aku gak gelem njaluk duwik maneh…Papa Mama jahat kabeh, mbujuki aku kit cilik. Karuan aku nggolek kerjo ae.”
Moro-moro onok adike Angga, jenenge Putri, ngampiri arek-arek.
“Mas Angga…Mas Angga nang endi ae sih, Mas…” jare Putri.
Angga ngadheg trus mbentak, “ngalih-ngalih… lapo koen mrene… gak usah nggoleki aku. Aku lo duduk Masmu!”
“Mas… aku iki gak eruh opo-opo… aku yo stress sik tas ngerti nek Mas Angga iku duduk Mas kandungku. Tapi yoopo maneh?” Putri emosi pisan.
”Mbuh…mbuh.. minggir…!” jare Angga ambek metu lapangan basket
“Mas… Mama saiki iku nang rumah sakit… nggoleki sampean terus!” Putri mbengok karo nangis.
“Gak ngurus…”jare Angga ambek terus mlaku nang parkiran.
“Mas… Mama iku telung dino iki wisan gak gelem mangan, gak gelem ngomong, njaluk ketemu sampean thok. Sampean kok jahat se?” Putri marani ambek mlayu.
Angga mandheg…
“Mama iku saiki diinfus… Papa bingung nggoleki sampean hapemu mokpateni…” jare Putri.
Boy siap-siap ate ngomong, tapi cangkemme langsung dibingkep Sony. Sony eruh disaat urgen koyok ngene, omongane Boy biasane mblakrak gak karuan, padahal Boy lo cumak ate ngomong, Ngga… kancing klambine adikmu lo mbukak siji… tali kutange ketok…
“Ayo, nang rumah sakit,” jare Angga karo nyeret adike.
“Ayo melok pisan!” jare Boy ngejak Sony karo Kosim.
“Lapo melok?” takok Sony.
“Kancing klambine adike Angga lo mbukak…”
Sampek rumah sakit Angga langsung marani Mamane sing diinfus. Mamane langsung ngrangkul anake iku.
“Ma…sepurane, Ma… Mama ojok koyok ngene maneh,” Angga njaluk sepuro Mamane.
“Nggaa…koen nang endi ae, Le… turu nang endi…trus mangan opo…Koen iku anakku… Mama iki Mamamu, Le… sampek kapan tetep Mamamu… ojok lungo-lungo maneh… karuan mati ae Mama iki nek moktinggal,” jare Mamane.
“Mama ojok ngomong ngono…Iyo, ma…aku janji gak minggat maneh… tapi Mama yo gak oleh ngene maneh…,” jare Angga karo ngempet nangis ndelok Mamane koyok ngono.
“Iyo…iyo…Mama janji, pokoke koen gak minggat maneh yo,” jare Mamane ambek ngambungi Angga.
Angga gantian dirangkul Papane.
“Papa njaluk sepuro, Le, gak ngandani koen kit biyen… tapi koen yo kudu eruh nek koen iku anakku... gak onok bedane karo Putri…kabeh anake Papa Mama,” jare Papane Angga karo ngrangkul Putri pisan.
Boy, Sony, Kosim, karo suster sing ndelok cumak isok mingkem thok ndelok kedadian iku. De’e gak sido ngomong, Ngga kancing klambine adikmu lo mbukak siji… tali kutange ketok… Moro-moro onok wong wedok diseret petugas keamanan karo bengok-bengok. Wong-wong kaget kabeh.
“Tolong ..asu…kirik kabeh… aku iki gak gendeng cuk…,aku cumak pingin operasi plastik, cuk, jancuuuuk…” jare wong wedok sing diseret cumak kutangan thok iku…( koen pesti eruh sopo wong wedok iku…)

sikuel Makhluk Tuhan paling nggatheli part 5

“Saur..saur…Boy…tangi…saurle….,” gugah Umik.
Boy sik merem ambek mulet-mulet.
“Saur…saur…ayo tangi Boy…kon gak saur ta? Engkok posomu gak kuat lo nek gak saur!” pekso Umik.
“Nek mboten purun tangi kulo guyange banyu nggih buk,” jare Yu Mi ambek siap-siap njupuk ember.
“Boy!” jare Umik karo mbateki boxere Boy (arek iku nek turu ancene boxeran thok) ayo saur…selak imsak iki lo!”
Boy melek ambek ngusapi iler nang lambene. Kemproh, cuk.
“Mik…mlorot kabeh iki lo katokku mokploroti,” jare Boy ambek ngunjukno boxere.
“Wis gak usah kakean cangkem…dienteni Abahmu nang mejo makan iko lo.”
Boy metu kamar trus nang mejo makan ambek klewas-klewes sik ngantuk . Tangane langsung njupuk piring karo nyaut enthong.
“He…raup sik kono lo…sik ketheken wis ate nyedhuk sego.,” jare Abah.
Boy gak ngurus, langsung nyedhuk sego terus njupuk jangan sop karo iwak pitik, endog ceplok, sate usus, karo jeroan, krupuk pisan.
“Masakalah Boy… saur sakmono akehe… loro lho engkok wetengmu,” jare Umik.
“Walah…timbangane engkok awan aku luwe…tambah mokel engkok,” jare Boy ambek njupuk begedel karo dadar jagung.
Umik karo Abah ngowo thok ndelok saure Boy sing koyok buto ijo iku.
“Wis Boy…Umik gak saur wis… ndelok koen mangan wis wareg wetengku.”
“Tolong jupukno cap jae ne, mik,” jare Boy ambek imbuh njupuk sego maneh.
“Ya ampun…sego sak wakul iki entek koen?”
“Ayo ta mik…engkok aku gak kuat poso lo…” rayu Boy.
“Awas koen nek athik mokel yo..titenono koen yo…”
“Yu Mi…gawekno sirup…” kongkon Boy.
“Walah…sik ta, Mas Boy…niki tivine apik lo, Adul niki lo cik lucune…” tolak Yu Mi.
“Wis…nggawe dhewe kono lo…kithing ta tanganmu?” jare Umik.
“Yu Mi iku lak babune awake dhewe se mik? Lapo Umik iki tambah mbelani Yu Mi. Asline aku iki anake Umik ta duduk se?”
“Lak mulai kumat maneh cangkeme, mari ngono tes BCA?” jare Umik.
“DNA…ndeso iki,” jare Boy.
“Yu Mi aku gawekno teh anget sik,” gantian Umik ngongkon.
“Walah…mesti ngongkon kulo…Niki lo Komeng sik lucu, buk,” jare Yu Mi ambek delosoran nang ngarepe tivi.
“Nek gak ngongkon koen lo terus ngongkon sopo?”
“Sabar buk, niki wulan poso… mpun ngamuk-ngamuk terus… mengke pahalane telas,” jare Yu Mi karo sendenan dulinan remote.
“Yo wis, nek ngono jupukno setriko ae,” jare Umik.
“Damel nopo buk…subuh-subuh ate setriko,” jare Yu Mi.
“Yo gawe nyetriko gegermu iku… cek koyok TKW-TKW sing disetriko juragane nang Malaysia kono!” sentak Umik ambek gregeten.
“Wah… jadi kayak Manohara nih,” jare Yu Mi.
“Iyo…mesisan disilet-silet, Mik…” jare Boy ambek lungguh nang ngarepe tivi. Tangane sing tengen nggowo sirup sing kiwo nyekel gedhang goreng. Masakalah arek iku ancene.
“Boy, mari saur gak oleh turu… sholat subuh jamaah ambek Umik nang mesjid,” perintah Umik.
“Walah mik…” Boy aras-arasen.
“Gak athik walah walah…gak tak sangoni koen nek gak sholat jamaah.”
Boy mecucu ae cangkeme, tapi yo tetep budhal. Timbangane gak disangoni…gak rokokan la’an…(lho…posoan kan?)
Sampek mesjid wis rame akeh wong. Onok sing wudhu, onok sing markir kendaraan, onok sing mejeng…
“Hei…cantik…Boy nggudho arek wedhok sing nggawe kudung ungu… janda ya…kok pake kudung ungu?” Cangkeme arek iku ancen koyok asu kok. Poso-poso ngene sik sempate nggarai wong. Arek wedok mau langsung mecicil kudu misuhi…tapi berhubung poso, dadi gak sido.
“Nek mecicil tambah ayu jare…sayang empat tiga…rondho.”
Boy kaget moro-moro kupinge dijewer wong.
“Aduh…aduh…mik…opo ae sih…loro iki lo…”
“Ayo…cangkeme yo…wudhu!sholat!…gak cangkrukan nang bok nggudhoi wedokan koyok ngene,” jare Umik ambek njewer kupinge Boy. “Sarung dicangklongno nang gulu koyok tukang becak ae!” sentak Umik.
“Mosok onok tukang becak ngganteng koyok Christian Sugiono ngene.,” jare Boy diguyu arek wedok-wedok sing lagi njupuk wudhu.
“Disunat aja tante, kalo nakal,” jare cewek-cewek mau ambek cekikikan.
Mari sholat subuh, sik tas… salam ambek moco dungo, moro-moro…
“DHUOR!!!”
Masyaallah…Onok opo?... wong-wong kaget kabeh dipikir onok bom mbledhos…
“Wonten Noordin Ngetop, Buk,” jare Yu Mi.
“Iyo ta,Yu Mi? mosok mesjid dibom?”
“Ooooo…ancene Boyo iku… Arek gendeng anake Umik Salamah… kurang ajar ancene… isuk-isuk wis nyumet mercon!” jare wong-wong.
Umik ngelus dhodho krungu jenenge disebut ambek mbatin ndungo nang Pengeran.
Yu Mi mbisiki…”Sampean nek ndungo sing temen buk…cek mas Boy niku dadi lare becik, soleh, mboten ngisin-isini wong tuwo..”
“Menengo lambemu!” Sentak Umik ambek gregeten ndelok kelakuane Boy. Asu ancene arek iku. Boyne dhewe lagi mlayu karo arek cilik-cilik diuber wak modin ambek nggowo berang.
“Mandheg…poso-poso nggarai wong ae penggaweane… ancene anake Kaji Na’im ambek Umik Salamah iku kit cilik mokong kok!” Jare wak modin ambek ngacungno berange.
Umik ndungo ambek tambah mbedhodhog atine.
“Sing khusuk buk nek ndungo…cek dikabulaken Pengeran.”
Posoan nang kampus rasane muales… ngono. Kuliah awan rasane koyok gak kuato. Opomaneh Boy arek kemalan badhogan iku wis mulet-mulet kaliren.
“Cuk…wetengku luwene Ngga…” jarene.
“Ditahan ta Boy… jenenge poso yo kudu kuat luwe ambek ngelak,” jare Angga.
“Aku tak poso bedhug ae yo rek.” Boy wis putus asa.
“Poso bedhug… koyok arek SD ae, Boy…gak isin ta raimu,” jare Sony.
“Cuk…timbangane aku mokel lu cuk…”
“Koen iku poso cak cuk cak cuk ae cangkemu. Batal koen,” jare Sony.
“Lha koen iku sik tas yo muni jancuk,” jare Angga.
“Koen lapo muni jancuk pisan Ngga,” jare Kosim.
“Mbuh…mbuh…jancukan kabeh..weteng luwe tambah cak cuk ae cangkeme,” Boy sumpek.
Nang kantin Mbak Pat wis bengok-bengok.
“Rek…gak buko ta? Wis bedhug iki lo…” jare Mbak Pat ambek nyumet rokok.
“Lhe…gak poso?” jare Sony.
“Aku lo lagi halangan…lagi men…jadi gak boleh puasa lagi,” jarene ambek nyedot rokoke…wess…
“Gak mungkin… sampean lo wis menopause,” jare Boy.
“Menopause mattamu yo…aku lo sik prawan…”
“Sampean lo rondho kit jaman orde baru sampek jaman sby…”
“Rondho jaman orde baru cangkemu yo…”
“Wis…wis… ayo nang mesjid ae, timbang posone batal, ambek ngenteni kuliah Agama Islam,” jare Angga.
“Iyo, nggarai duso thok ae nang kene. Jarene setan iku nek posoan dikerangkeng…lha iki tambah rokokan nang kene,” jare Boy.
“He, asu koen ngarani aku setan yo,” Mbak pat emosi.
“Gak…iblis…”jare arek-arek ambek budhal nang mesjid.
Nang mesjid jam siji onok kuliah Agama Islam rong sks. Kuliahe moco tulisan arab. Kelase dibedakno menurut kemampuane. Kosim langsung melok kelas Qur’an soale mocone lancar. Iyo, bedhes iku masio alkoholik ngono biyene nang kampunge nang medhuro kono tau dadi qori’. Boy karo Angga nang kelas B. Sing sakno Sony, pak. Wong arek iku gak isok moco arab blas, alias nol pothol. Sik tas diajari moco alib bak tak, ndhase wis ngelu. Asu ancene.
“Ini yang kayak pancing namanya jiim. Jiim...,” jare tentore, jenenge Mas Afifi.
“Angele…jhiim…jhiim…”jare Sony.
“Bukan jhim, tapi jiiim…,” sentak Mas Afifi.
“Jiiiim…blue jim…,” Sony nyauti sakkecekele.
“Gak pake blue…kayak film aja pake blue…”
“Ustad kok eruh film blue,” batine Sony.
Moro-moro tekok coronge mesjid krungu suara serak-serak sember koyok omplong diseret. Wong-wong kaget kabeh, termasuk sing lagi kelesetan nang jubin ngenteni buko.
“Nawaitu shouma ghodin…niatingsun nglakoni poso…ndang tutuko sedino sesuk…anetepi fardhu wulan romadhon…” tibakno Boy sing nyekel mik ambek nyanyi lagu-lagu pujian. Terang ae arek SKI ngamuk-ngamuk.
“He, mbok anggit iki langgar nang kampungmu ngono ta?” sentak Ma Afifi.
“Lho, mas…nek nang nggonanku iku nek posoan nyanyi lagu-lagu koyok ngene…”kabeh iku kerono Allah ta’ala…”Boy nerusno pujiane.
Takmire mesjid ngelus dhodho ambek ngempet…babah wiss, timbangane nyumet mercon opo main kertu, karuan moco puji-pujian, batine.
Sakben sore nek atene buko, akeh arek-arek mahasiswa dodolan takjil nang jalan Dharmawangsa. Koyok sore iki, Anya karo Prita ambek mahasiswi lione dodolan jajan-jajan karo es buah, es kolok, es dhawet gawe buko. Sing tuku yo akeh, opo maneh sing dodol mahasiswi-mahasiswi ayu-ayu. Laris manis… Lumayan nggarai jalan Dharmawangsa rodok macet.
“Silakan, pak, buk…esnya duaribuan,” jare Anya.
“Es buahnya dua mbak, “ jare ibuk-ibuk.
Boy, Angga, Sony, ambek Kosim yo melok-melok cangkruk nang kono. Gak ngrewangi, cumak nunut mejeng thok.
“He…rek ojok ngowo thok, golekno ijolan duwik cilik… sewuane entek,” jare Anya.
“Sim…iko lo arek-arek ijolono duwik ewonan, koen dino iki gak ngemis ta?”
“Asu…lapo ngemis iku…”
“Terus yo gak nyemprit dadi polisi cepek?”
Hahaha…arek-arek ngguyu Kosim
Moro-moro onok wong nggebrak mejo dodolane arek-arek iku. Dipikir arek-arek tramtib satpol PP.
“BUYAR….BUYAR…njaluk takwalik ta dodolane!!” Tibakno Mbak Pat sing ngamuk-ngamuk ate njungkir mejo.
“Ayo diringkesi…timbang takberesi kabeh iki engkok!” jarene.
“Aduh, Mbak Pat…sabar dong…ada apa sih kok marah-marah…”
“Gak marah yo-opo? Kabeh wong mandeg, tuku takjil nang kene. Deloken iko lo daganganku medhak gak payu!”
“Wah, tapi jangan dirusak dong Mbak Pat, dagangan kita,” jare Prita.
“Gak athik…nek gak pindah, takjejeki kabeh jajan-jajan iki…”
“Heh…heh…lapo ae se? dodolan gak payu ngamuk-ngamuk nang kene,” sentak Boy.
“Lha iyo gak payu gara-gara mbak-mbak iki. Wis koen gak usah melok-melok, su…asu…!” Mbak Pat nyentak Boy.
“Yo jelas milih kene, sing dodol ayu-ayu, wangi-wangi… ndelok sampean ae wong wis gak kolu buko, opo maneh tuku jajanmu,” bales Boy.
“Cuk…gak usah nyocot ae koen yo…Trus cek payu aku koen kongkon mudo nang kene ta? Takklakoni,“ jare Mbak Pat.
“Iyo…gulone es buahe ae paling nggawe obat gulo, trus banyune paling yo banyu mentah,” jare Sony.
“Banyu mentah mattamu yo…Pokoke, tak itung ping telu, gak diringkesi, aku mudo… takobrak abrik temenan iki!”
“Aduh…jangan Mbak Pat…ini jualan bukan buat kita kok…hasilnya ntar kita sumbangin ke anak yatim piatu,” jare Prita.
“Podho ae…aku iki yo yatim piatu gak duwe emak gak duwe bapak,” engkel Mbak Pat.
“Anake gorila…”jare Boy.
“BUYARRR…” Mbak Pat dadi Hulk.
Untunge onok polisi teko, mudhun tekok mobil polisi misah kekacauan iku.
“Ada apa ini?” jare polisi iku.
“Macem-macem pak…ada es buah, ada es blewah, pastel, bikang, kontol kambing, oles-oles,” jare Boy.
Ndelok polisi iku Mbak Pat langsung mlayu ngrakul.
“Pak polisi…hu…tolong saya pak…juaalan saya jadi gak laku gara-gara mereka ini pak, hu…” jare Mbak Pat ambek nangis ngrangkul polisi iku.
“Buk..ibuk..maaf buk…” jare polisi iku ambek berusaha melepaskan diri dari pelukan iblis betina itu.
“Gak mau…pokoknya gak bakal taklepaskan sebelum mereka diusir pak polisi,” jare Mbak Pat ambek ngrakul terus…mbathi, cuk. Sakno polisine, apes.
“Iya…tapi tidak dengan cara gini buk,” jare polisi iku ambek perasaan gilo.
Suasana tambah rame, dalan Dharmawangsa tambah macet, akeh sing ndelok kedadian iku. Athik onok tandak bedhes tanggapan nang kono pisan. Cocok iwak endog. Tambah muacet polll. Polisi sijine sing nang njero mobil sedan akhire melok mudhun pisan. Mbak Pat gak menyia-nyiakan kesempatan iku, langsung mlayu ngrangkul polisi sijine iku. Polisi sijine sing luwih enom iku langsung klepek-klepek kudu mutah.
“Ibuk…jalanan rame, ini jam orang pulang kerja juga…nanti jadi tambah macet,” jare polisi iku ambek nutupi irunge.
“Mbak-mbak…kalo mau jualan….lhoh…Prita? Kamu jualan di sini?” takok polisi iku.
“Eh…eh…iya, mas…” jare Prita.
“Lho, sampean kenal sama Mbak Prita ini, ta pak pulisi?” takok Mbak Pat.
“Iya, Prita ini pacar saya…” jare polisi iku maneh.
“Pacar? Polisi? Lho polisi ini pacarnya Mbak Prita ta?”
“Iya…bener, saya pacarnya Prita, buk, nama saya Bimo. Oke? Sekarang semua damai ya…gak usah ribut di jalanan,” jare Bimo.
“Heh! Endi Boy?” Mbak Pat bengok-bengok nyeluki Boy.
Boy meneng ae nang ngisor wit .
“He, asu…rene koen… iki lo takkenalno pacare Mbak Prita…jenenge Mas Bimo,” Boy diseret Mbak Pat.
Boy moro ambek klemar klemer koyok wong kaliren.
“Ini mas…yang namanya Boy alias Boyo…sukaknya nggodain Mbak Prita, alasan nggonceng pake motornya lah…, ngajak makan lah, itulah…ada aja alasannya…Sampean tembak sama pistolmu aja mas nek maem-macem,” Mbak Pat adu-adu tumbak cucukan cangkeme.
Boy males dikongkon salaman, “Boy,” jarene. Polisi iku salaman pisan, “Bimo,” jarene.
“Yo adoh rek…jauh…gak level…sing siji polisi, gagah, nggantheng…lha situke opo…bondho nggantheng ambek gondal-gandul thok,” Mbak Pat ngunggulno dagangane. “dadi aku aku yo milih sing iki, Mbak Prita!” jare Mbak Pat ambek njawil janggute Bimo.
Boy muntap…raine abang. Harga dirine diidek-idek karo Mbak Pat di depan umum je…Tangane langsung nyaut es buah karo kolok, terus langsung digrujugno nang rambute Mbak Pat.
“Aduh…aduh…asu…pliket kabeh awakku.” jare Mbak Pat.
Boy mlayu diuber Mbak Pat sing nggowo bendho gawe nuthuki es batu, “Mandheg koen…tak bacok kene gegermu yo…”
Arek-arek SDN Airlangga sing mulih pondok romadhon langsung bengok-bengok nyuraki, “wong gendeng… wong gendeng… wong gendeng…” jare arek-arek iku.
Mbak Pat langsung mandeg terus ganti ngincim arek-arek SD mau.
“He…kirik… ngaji nang langgar gak dididik ustade tah, ngelokno wong tuek gendeng… hayo tak bacok kene cangkeme!”
“Wong gendeng ngamuk… wong gendeng ngamuk…” jare arek cilik-cilik mau amnbek mlayu sipat kuping mlebu nang kampung.
Wong-wong sing ngumpul mau akhire isok langsung dibubarno polisi. Keadaan aman terkendali.
Sore iki arek kuliah angkatane Boy ngadakno buka bersama nang omahe Angga. Onok be’e nek arek seketan sing teko. Yo cukup ae, wong omahe Angga gedhene sak lapangan bola.
“Lumayan… takjil gratisan,” pikire Sony ambek Kosim. Mama karo Putri, adike Angga dadi panitia super sibuk critane. Arek-arek salaman ambek mamane Angga.
“Ini Boy kan…tante ingat…makannya paling banyak,” jare Mamane Angga. Boy mlerak mlerok kisinan.
“Ini Sony ya… yang suka godain pembantu kita… ini siapa Ngga, yang namamya kayak tukang kebon kita dulu…”
“Kosim, tante,” jawab Kosim.
“Iya…Kosim…kalo yang cewek ini…Anya kan?”
“Pacarnya Angga tante,” Boy nyauti. Angga mecucu ae.
“Tapi masih pedekate, masih malu-malu,” ralat Boy.
“Kalo yang ini?”
“Prita tante…” jare Prita.
“Iki pacare Boy, Ma…”ganti Angga sing nyauti.
“Pacar dari Hongkong…” Moro-moro onok sworo nyauti tekok mburi. Trus ngejak salaman mamane Angga.
“Sapa ini?”
“Saya Fatimah tante, but just call me Mbak Pat, ok?” jare Mbak Pat gaya, ambek nggawe kudung Manohara, kocomotoan ireng pisan, koyok tukang pijat plus plus.
“Ini temanmu juga, Ngga? Kok sudah tua?” takok Mamane.
“Oh, saya yang punya café di kampusnya Angga, tante. Ngomong-ngomong anak tante boleh juga… boleh dong saya daftar jadi calon menantu,” jare Mbak Pat.
“Café?...atase warung giras ae café, cuk…” saut Boy.
“Ya wis, selamat berbuka ya , sholat maghribnya di musholla dekat kolam renang ya… tante ke belakang dulu,” pamit Mamane.
“Makasih tante,” jare arek-arek…ambek ngiler ndelok panganan nang mejo…opomaneh arek sing kos-kosan model Kosim karo Sony… biasane buko sego tabokan nang mesjid kampung, saiki ndelok panganan sakmono akehe. Ndredes ilere.
Mari sholat maghrib arek-arek buko sak karepe. Boy, koyok biasane, mangan gak onok pedhote. Kabeh diratani. Sing cap jae, sego goreng, ayam saus kecap, udang mayonaise, calamari, wis pokoke sembarang. Ancene arek kemalan badhogan, sampek kemlakaren wetenge. Mari bosen de’e njupuk es buah, digowo metu nang taman cidhek kolam renang samping. Gak sengojo de’e ketemu Prita sing ijenan nang ngisore gazebo.
“Eh, Prita…sendirian aja?” Boy basa basi.
“Eh, Boy…” jare Prita.
Suasana sepi. Arek loro iku podho gak onok sing ngomong.
“Boy… kamu pasti masih marah sama omongannya Mbak Pat pas kejadian di jalan kemarin itu ya?”
“Ah, enggak…lapo ngrungokno omangane Mbak Pat, orang gila.” Boy ngeles.
Moro-moro Mbak Pat liwat. Sliwer…”ada yang tau nomer telpon Polsek Mulyosari nggak ya?” takoke.
“Kenapa, Mbak Pat?” takok Prita.
“Ya…tiba-tiba pengen telpon kantor polisi aja…dududu….”
“Aku minta maaf, ya Boy.”
“Lho lapo minta maaf? Lagian apa yang dibilang sundel bolong itu ada benarnya juga kok.”
Mbak Pat liwat maneh. Sliwer…”kalau nomer Polsek Wonokromo berapa nih,” jarene ambek ndeloki hapene. Asu kok.
“Maksudmu Boy?” takok Prita.
“Ya iyalah…Mas Bimo mu yang dahsyat itu kan lebih keren… lebih ganteng… daripada aku…si Boy yang gak level sama sekali,” jare Boy.
Prita ndingkluk meneng ae. Gak wani ndelok Boy, de’e buang muka ndeloki kolam renang…Boy ngalih ninggalno de’e (paling-paling nang mejo makan maneh njupuk panganan…)
Tambah bengi arek-arek wis akeh sing pamit mulih.
“Ayo, Prita, kita pulang sekarang… kamu bareng sama aku kan?” ajak Anya.
“Oh, enggak, Nya…aku dijemput Mas Bimo…thanks,” tolak Prita.
“Oke..kalo gitu, dah…semua…” pamit Anya.
“Mbak Anya…aku nunut…aku mau ke Polsek Genteng,” jare Mbak Pat ambek mbenakno kutange.
Wis jam songo luwih, wis sepi, tapi Prita durung dipapak pacare sing jenenge Bimo iku.
“Kok belum dijemput, Prit?” takok Boy.
“Eh…anu…iya… Mas Bimonya lagi ada tugas rutin pemeriksaan teroris,” jawab Prita.
“Kamu telpon atau sms gitu… ini kan sudah malam.”
“Iya…sudah, tapi gak ada balesan, gak diangkat juga…”
“Ayo takanterin pulang…” towo Boy.
“Makasih, Boy, tapi…”
“Wis tah… masak kamu mau naik taksi sendiri…ayo,” ajak Boy.
Prita munggah nang tigere Boy sing wis distater. “Ngga, aku ngeterno Prita sik yo…” pamit Boy.
Boy mlayokno tigere cepet-cepet.
“Dingin Prit? Kalo dingin aku tak kalem-kalem aja,” jare Boy.
Prita meneng ae digonceng Boy, gak onok omonge.
“Mas Bimo mu wis ngabari apa belum?” takok Boy ambek ngegas tigere nang dalanan Suroboyo sing rame. Prita sik meneng ae gak onok abane. Moro-moro de’e ngrangkul Boy. Dhodhone ditemplekno nang gegere Boy. Trus pipi tengene ditemplekno nang pundhake Boy. Boy kaget. Opomaneh tangane Prita nyekeli anune, eh maksude wetenge. Boy tambah bingung…lha wong Prita dijak ngomong meneng ae…iyo nek gak semaput, pikire Boy ambek nggoceki resletinge celonone…asu ancene arek iku.
Sampek kosane Prita, Boy mandhegno tigere. Prita mudhun, Boy njagang sepeda motore. Moro-moro onok wong mudhun tekok mobil trus marani Boy…
“Bajingan kamu!,” jarene polisi iku karo ngantem raine Boy. Ambek Boy ditelak, gak kenek raine.
“Hei, jancuk…opo-opoan iki…aku bawa SIM sama STNK kok…lapo mok antem!” jare Boy.
“Tapi kamu bawa pacar saya!” jare polisi iku sing tibakno Bimo, pacare Prita.
“Sabar bos…pacarmu gak takapa-apain kok..”
“Bangsat kamu ya,” Bimo siap-siap ate ngantem Boy maneh.
“Stop!!!” Prita nengahi wong loro iku. “Mas Bimo ini apa-apaan sih? Boy ini nganterin aku karena Mas Bimo gak jemput aku, tau nggak? Ditelpon gak bisa, disms juga gak dibales…”
“Aku kan lagi ada tugas dik…”
“Tau ah… udah salah juga, malah mau mukulin orang lain,” jare Prita.
“Oo… jadi kamu ngebelain dia? Jadi bener kamu selingkuh sama bajingan ini?”
“Selingkuh apa, sih Mas? Dia ini Cuma temen aku. Cuma temen! Lebih nggak ! Puas? Lagian Mas Bimo posesif banget sih, capek tau!” jare Prita mlebu kosane ambek mbanting lawang. “JDARRRR!!!”
“Pritaaaa!!!” bengok Bimo. Tapi Prita gak noleh.
“Eh, kamu ya…aku belum selesai sama kamu!” jare Bimo.
“Kalau belum selesai bawa pulang aja mas, buat PR!”
“Kalau kamu berani macem-macem sama Prita, aku buat perhitungan sama kamu…”
“Gak takut…temanku juga banyak di gerdu…tapi hansip,” jawab Boy.
Bimo ngegas mobile banter ngliwati Boy. Boy kalem-kalem nyetater tigere, mbalik nang omahe Angga. Nang tengah dalan suarane wong tadarusan moco Qur’an samar-samar krungu tekok mesjid. Tapi kalah ambek suarane Prita sing de’e sik krungon-krungonen “Dia ini cuma temen aku. Cuma temen! Lebih nggak !”
Nek cuma temen kok pas takgonceng ngrangkul aku…nek cumak konco kok pipine ditemplekno pundhakku? Kok tangani nyekeli anuku, eh maksude wetengku…”Mbuh, ah, ngelu ndhasku,” jarene ambek mlayokno tigere koyok setan…wesss…